Rabu, 30 Juni 2010

Hidup Dengan Misteri

Bulan bulan terakhir ini kita semua disibukkan dengan berbagai peristiwa yang menarik. Menariknya karena di blow up oleh media. Andai tidak dibesar-besarkan, mungkin tidak ada yang peduli dengan yang terjadi.

Mulai pembunuhan oleh seorang pemuda gay dari desa yang menggemparkan. Melakukan mutilasi pada korbannya dan dimasukkan kedalam kopor pakaian. Lalu ditemukan banyak mayat yang dikubur dihalaman rumahnya. Bersambung dengan seorang istri yang membunuh dan memotong-motong mayat suaminya. Yah, rupanya harga pisau semakin murah.

Perlahan berita itu terkikis dengan berita yang bagi sebagian mungkin tak kalah ramainya, UU Pornografi. Ada yang menolak dan ada yang mendukung. Kemudian sebagian membangkang dan mengancam ini dan itu. Debat dimana mana, tapi tetap saja menghasilkan kesimpulan yang mengambang atau diambangkan. Yang pasti UU itu sudah di sahkan. Ya, kita lihat saja nanti apakah akan efektif. Atau harus menunggu ribuan orang ml bersamaan di trotoar jalan, baru UU ini terasa taringnya.

Kemudian tentang seorang lelaki yang menikah resmi dan sah dengan perempuan berusia sekolah. Masalah ini dibuat ramai hingga menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Sayangnya yang kumpul kebo, berzina, oleh sebagian orang malah dianggap lumrah, keren dan modern.

Tak lama kemudian hari-hari kita dipenuhi dengan nama Obama. Seorang keturunan kulit hitam yang berhasil terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Lelaki yang pernah menghirup udara Indonesia pada masa kecilnya untuk sekian tahun, cukup membuat ramai koran dan televisi lokal. Dan semua ikut berbicara, merasa lebih mengenal Obama yang menjadi teman mainnya dahulu. Sampai mantan pengasuhnya di Indonesia bisa masuk TV. Mungkin besok ketua RT nya dulu juga ikut masuk TV.


Apapun yang kita saksikan setiap hari, masuk kedalam rongga kepala kita, meresap kedalam saraf-saraf otak kita, tersimpan dalam memori kita untuk sekian lama. Semua ini terjadi karena media mengangkat topik yang sama. Menancapkan opini ke dada kita semua. Sayangnya topik yang diangkat hanya itu itu saja, yang dianggap menarik penonton dan dibuat untuk menimbulkan kontroversi dan jadi ramai. Lalu menyudutkan satu orang atau kelompok tertentu hanya untuk membuat heboh pemberitaan. Mengapa tidak mengangkat topik tentang pembantaian ribuan wanita dan anak anak di Palestina yang wilayahnya dicaplok oleh zionis yahudi. Atau mengapa yang dikolong kolong jembatan tidak difasilitasi negara untuk mendapat kehidupan yang layak. Faktanya sekarang pemimpin negara ini sibuk mencari muka untuk pemilu nanti. Dan penguasa media lebih mementingkan uang dari pemasang iklan untuk berita yang menguntungkan. Atau tekanan dari pihak tertentu yang selalu berupaya membodohi kita semua.

Begitu bingungnya manusia menghadapi persoalan yang ada. Saking bingungnya hingga tak bisa lagi membedakan kenyataan dan ilusi, susah membedakan fakta dan propaganda. Sebagian menelan mentah mentah omongan media, sebagian membantah ocehan media. Mereka bingung beneran, atau memang sengaja dibuat bingung. Dan yang punya kepentingan dibalik ini semua mungkin sekarang sedang tertawa sambil ongkang ongkang kaki.

Aku berandai-andai saja. Misalnya seluruh manusia yang masih hidup di dunia ini mati bersamaan, lalu mereka bisa melihat apa yang terjadi di alam kubur, apa yang terjadi di hari pembalasan, bagaimana Surga dan Neraka, dan semua itu seperti yang dijanjikan Allah SWT yang tertulis jelas di Al Quran. Kemudian diberi kesempatan hidup lagi di dunia. Tentu…

Minggu, 06 Juni 2010

Syukurin Lo!

Almarhum adik dari Nenek gue (buset susah banget ya nyebutnya ☺) punya line yang lucu kalo ada orang mengeluh ke dia.
Misalnya ada yang ngeluh:
“Aduh pusing banget kepalaku…”
Dia pasti akan menjawab:
“Beruntunglah. Berarti kamu masih punya kepala…”

Agak nyebelin emang.
Namanya juga orang berkeluh kesah, tentu tujuannya either pengen didengerin atau diberi empati-- bagus-bagus kalo dikasihnya solusi.

Bayangin kan kalo lo abis nabrakin motor lo.
Terus lo digituin:
“Beruntung, berarti kamu masih punya motor”

Tapi jangan salah.
Sebenernya maksud beliau cukup simpel kok.
Filosofi orang Kampung, yang selalu “untung”.
“shit happens di kehidupan. Tapi jangan lupa bersyukur”

Coba bayangin itu dilontarkan pas elo lagi ngedumel soal makanan kurang enak yang lo makan.
Yap.
Kadang itu yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita.
Padahal masih banyak orang di sekitar kita yang gak seberuntung kita bisa makan 3x sehari.

Tapi apa iya kita harus mensyukuri punya Syamsul Nursalim, Artalitha Suryani, Untung Udji Santoso, Urip Tri Gunawan, dan Wisnu Subrata di kasus penyuapan jaksa?

Tapi apa iya kita harus mensyukuri karena punya seorang selebriti mutilator bernama Ryan?

Tapi apa iya kita harus mensyukuri punya ketua PSSI yang terpidana, gak mau turun dan bikin PSSI mau dibekuin FIFA, dan nekat bikin Liga Super Indonesia yang memang makin SUPER amburadulnya?

Tapi apa iya kita harus mensyukuri punya pimpinan negara yang gampang bimbang kalo suruh ngambil keputusan sulit kayak kasus Ahmadiyah atau kasus Bank Century?

Mungkin memang buat kita yang bodoh ini lebih gampang mensyukuri hal-hal yang jelas-jelas positif. Tapi paling tidak gue mulai belajar untuk bisa mensyukuri kejadian yang kurang menyenangkan.


Contohnya, saat gue mengeluh gak sempet2 nulis di blog sampe hampir 1 bulan.
Dan seseorang bilang:
“Beruntunglah. Berarti kamu masih punya kesibukan lain”