Kamis, 29 April 2010

KOMPROMI

Sebuah pertengkaran,
biasanya kalo ngelibatin suami dan istri, bisa karena suaminya tiap hari pulang malem dan weekend tetep ngantor.
Atau karena istrinya memang kurang pengertian dengan kerja keras suaminya banting tulang.

Kalo ngelibatin cowok dan cewek yang lagi pacaran,
mungkin karena cowoknya mabuk2an ampe pagi tumbang ditraktir klien gak kontek2 sampe jam 5 pagi,
atau karena si cewek sibuk lembur mulu ngerjain conflicting brand cowoknya.

Kalo ngelibatin boss dan bawahannya, bisa karena si boss dirasain terlalu nggenjot waktu kerjanya.
atau karena si bawahan gak punya manajemen time yang bagus.

Kalo dua orang temen baik?
"Elo kan temen lama gue kok nggak ngerti mau gue sih!!?"
atau
"Justru elo yang sebagai temen lama kok masalah gini aja marah!!"

Pertengkaran adalah moment of truth dalam sebuah hubungan.
Batas antara bencana atau kabar baik.

Manajemen pertengkaran adalah manajemen yang paling sulit dipelajari.
Manajemen perusahaan atau manajemen keuangan mah kagak ada apa2nya!!
Karena yang dilibatkan bukan cuma rasio dan intelektualitas.
Tapi juga air mata, makian, darah, dan doa.

Di saat alam mengenal sore di antara siang dan malam,
juga fajar di antara malam dan pagi
(atau justru siang di antara pagi dan sore -- malam di antara sore dan fajar!!??)
hangat di antara panas dan dingin,
pantai di antara darat dan laut,

di saat yang sama ibu-ibu mengenal AA Gatot dan Elsa Syarief di antara Adjie dan Reza,
rakyat mengenal kompensasi pendidikan dan kesehatan di antara subsidi BBM dan beban BBM,
dan ekonom mengenal Break Event Point di antara profit dan loss.

Tapi mengapa betapa sulitnya manusia mengenal kompromi di antara dua kutub ego?

Tanyakan pada rumput bergoyang yang ada di antara tanah dan langit....

Senin, 19 April 2010

WHAT INDONESIAN PEOPLE NEED FOR THE NEXT 5 YEARS?

Apa yang bisa diharapkan dari para presiden-presiden yang maju dengan percaya diri mengharapkan kemenangan melalui ajang pemilihan Presiden se-Indonesia? Kenapa bisa kita percaya begitu saja kata-kata mereka? Apa mungkin lihat muka yang eksotik dengan hiasan lingkaran hitam di sudut bawah dagu? Atau mungkin lihat gelar sebagai pemimpin di provinsi tempat kelahirannya yang menyebabkan darahnya disebut biru? Atau mungkin juga karena kebetulan visinya yang begitu perhatian dengan rakyat kecil yang selama ini teriak-teriak minta dimakmuri? Ataauuu... Karena alasan simpel dan tanpa repot yang bertema ,’Lanjutkan!’?

Kerja siapapun pasti bagus asal benar dan jujur. Asal para “kaki-kaki”nya juga ikutan benar dan jujur seperti atasannya. Liburan kemarin gue main ke kampung teman gue. Malu kalau disebut. Nanti ketahuan bobrok milik siapa, dan ketahuan dimana bisa ditemukan kebobrokan tersebut.

Ada banyak promosi-promosi partai dan para calon legislatif yang mendekorasi jalanan dan membuat pemandangan menjadi tidak seperti yang turis-turis inginkan saat mereka menghabiskan duitnya untuk pergi ke kampung teman gue itu.

Di suatu pertigaan, billboard besar terpampang dengan gagahnya. Oh, bagus ini. Strategis. Gue lihat ke arah gambarnya. Ups, kenapa di kupingnya ada hiasan perempuan? Yang sama sekali tidak membuat ia tampak ganteng, tidak membuat ia terlihat dapat dipercaya untuk menjadi bagian dari lembaga legislatif, dan tidak. Tidak, dia bukan perempuan. Tapi iya. Iya, dia terlihat seperti preman desa.

Ok, tidak masalah... Selagi Charlie ST12 juga pakai anting-anting, gue rasa bolehlah ini disebut sebagai ikutan tren.

Di jalan berikutnya di hari berikutnya, gue makan di suatu tempat makan lesehan. Mmm... sebenarnya disebut lesehan juga tidak tepat berhubung warung ini buka di tempat parkiran toko yang sudah tutup, dan gue, juga para pembeli yang lainnya, mau tidak mau-suka tidak suka, duduk di parkiran tersebut beralaskan tikar.

Menunggu makanan, gue melihat-lihat spanduk dan billboard untuk kali kedua. Ow, kali ini ada yang jumlah fotonya 3. Yang satu foto Pak Capres wakil dari partainya, yang satu lagi foto dia, dan satu lagi gue juga kurang tau itu foto ibunya siapa. Yah, mungkin itu ibunya. Dia sayang ibu. Baguslah. Hormati ibu, berarti hormati rakyat juga.

Di hari berikutnya lagi, di sudut jalan yang berbeda, gue melihat poster. Hmm... Ini rupa-rupanya seperti poster iklan untuk promosi tempat main billiard baru. Kebetulan gue mau ajak teman-teman gue main billiard. Eh, setelah gue baca dan gue sadar-sadarkan diri. Ini ternyata foto caleg. Bingungnya gue, kenapa dia harus pose sambil main billiard? Oh, mungkinlah jikalau ia menang nanti, kita yang dukung dia bisa ditraktirnya main billiard. Bolehlah, gue contreng dia nanti.

Entah di hari ke berapa gue bersenang-senang, gue terusik lagi dengan gambar-gambar caleg itu. Untung kali ini terusik yang bisa bikin gue ketawa lebar. Biasanya di dalam promosi caleg itu, ada foto si caleg dan si capres. Tapi yang ini kok beda?
Ini foto si caleg dan si Ronaldo. Iya, Christiano Ronaldo. Yang pria pasti tau siapa dia, karena seringnya nonton sepak bola. Yang perempuan juga pasti tau siapa dia, saking keseringan diajakin pacarnya nonton sepak bola.

Apalah maksud caleg satu ini. Gue tidak tau dan tidak yakin apa mungkin capresnya telah melakukan koalisi dengan Ronaldo demi menjaring supporter, gue benar-benar tidak tau.

Weleh, kali ini gue terusik lagi. Karena yah, apalagi kalau bukan billboard caleg? Caleg satu ini berpose berduaan sama ayamnya. Mungkin dia penjual ayam. Oh, tidak apa-apa kalau benar alasannya karena itu. Tapi bagaimana kalau karena hobinya yang doyan mengadu ayam?

Rakyat mau dikasih makan apa? Sementara dia sibuk kasih makan ayamnya dan cari strategi supaya ayamnya menang adu ayam. Wah, ini kejahatan. Tapi mau bilang apa?

Hari-hari gue selanjutnya masih normal dan seharusnya akan tetap normal jika teman gue tidak bercerita tentang mantan bapak kost-nya yang ikutan jadi caleg. Duh, kenapa gue harus tau ini semua?
Dengar-dengar bapak satu ini doyan judi. Gue kurang jelas judi jenis apa. Tapi gue yakin dosanya tetap sama. Nah, ketika si bapak ini kehabisan uang karena kalah judi, dia pergi ke kost-kostan miliknya untuk menagih uang sewa. Meskipun masih jauh hari yang disepakati untuk melakukan pembayaran, dia tidak peduli. Ini yang membuat beberapa penghuni kesal dan termasuk pula teman gue yang satu itu. Mungkin karena itu juga dia berhenti nge-kost disana.
Hebatnya, dia dipilih menjadi caleg. Hallo? Apa ada akal sehat di kepala anda? Gue ingin bicara dengan akal sehat anda.

Memikirkan betapa rusaknya pemilihan caleg ini membuat gue mudah saja untuk bergabung dengan para golputer. Bagaimana tidak? Gue tidak akan menyerahkan negeri gue ini untuk diobrak-abrik oleh orang-orang seperti mereka. Kenapa? Mereka mau marah ke gue? Marah saja, toh gue tidak peduli. Sama seperti mereka tidak peduli terhadap negara gue.

*Fin

Rabu, 14 April 2010

Koja

Sebelum petang datang 14 april 2010 koja meraung
lemparan batu dan desingan peluru

darah memanggil hujan
membilas muka dari luka

batu melawan peluru
darah menetap di batu

luka baru



14April2010

Selasa, 06 April 2010

Hargaku Harganya

Pertama kali denger ada taneman harganya puluhan bahkan ratusan juta komentar gue adalah:

“BUSET DAH! Emang tuh taneman berbuah mobil, apa gimana siyh !!!???”

Masalahnya kalo itu taneman langka kayak Rafflesia yg cuman tinggal beberapa biji di dunia sih, masih masuk di akal gue.
Tapi ini enggak.
Bwanyakkkk bangettt!
Mending bagus lagi bentuknya. >:-(

Yap.
Yang gue omongin memang sang ANTHURIUM yg waktu itu emang lagi jadi buah bibir.
Setelah era kejayaan Aglonema dan Addenium, taneman ini tiba-tiba jadi primadona baru. Bahkan —konon (mau dibalik terserah, Dik! ;P )—ada yang tembus di harga 1 M!

Gak kurang Kompas di dua edisi Minggunya berturut2 ngeliput khusus soal Anthurium.
Tiba-tiba majalah-majalah khusus taneman bermunculan.
Tiba-tiba majalah Trubus diburu bak majalah Playboy!
Tiba-tiba TOKET Andhara Early kalah seksi dibanding TONGKOL Jemanii Anthurium.

Tiba-tiba KISAH CINTA Maia Ahmad (iye iye sekarang namanya Maya Estianty!) kalah seru sama GELOMBANG CINTA Anthurium.

(FYI: Jemanii & Gelombang Cinta adalah salah dua dari sekian nama jenis Anthurium yang populer)

Jenis maling terpopulerpun berubah: Maling Taneman!
Udah gak jaman lagi CURANMOR, yang ngetrend sekarang CURHATAN (Pencurian Hasil Tanaman—halah!)

Semua gara-gara Anthurium!

Tapi ngomongin soal harga gila-gilaan di sebuah hal yang sifatnya hobby sebenernya bukan barang baru.
Burung Bekisar, ikan Arwana, pernah mengalami era keemasan jadi primadona yang diuber-uber.

Membandingkan harga sebuah taneman atau hewan yang harganya sebanding dengan mercedes keluaran terbaru, memang nyaris gak masuk di akal gue.
Tapi seorang temen gue tiba-tiba protes:

“Yah gak usah heran dong, Her. Mobil kan bikinan manusia! Sementara taneman dan hewan kan ciptaan Tuhan….”

Monyet.
Bener juga ya…

Seduniawi itu kah pola pikir gue?
Sehingga memberhalakan barang dan menganggap barang harusnya lebih mahal daripada makhluk hidup.
Eits…
Jangan salahin gue dong.
Salahin sekitar gue juga yang ngebentuk pola pikir gue.

Kemaren nonton TV ada bayi dijual cuman seharga 15 juta . Mobil bekas tahun 90-an aja harganya masih 2x lipetnya kaleeee.
Nyawa orang dewasa cuman dihargain lima ribu perak. Rebutan duit segitu, ampe bacok2an? Banyak beneuuurrrr kasusnya!!
Belum lagi ngomong “nyawa” ratusan keluarga yang dihargai nol rupiah sama Lapindo.
Atau nyawa orang-orang tua dan miskin yang melayang gara-gara keinjek2 pas antri bantuan langsung tunai alias BLT (ngomong-ngomong apa kabar nih BLT ya? BBM gak turun tapi BLT nya kok lenyap??? Katanya dulu pengalihan subsidi BBM!!!!??)

Tapi temen gue juga langsung motong:

“Ah gak usah belaga bego deh lo…. sok pola pikirnya dipola jadi lebih menghargai barang segala! Buktinya elo minta gaji lo naik mulu….Harga seorang Herry kan harga sebuah makhluk hidup bukan?”

Monyet.

---


Dibuai mimpi-mimpi
menggoda mereka
jangankan cari surga dunia
neraka duniapun ada

- Lenggang Lenggok Jakarta ~ A. Meriem Matalatta (1986)

Senin, 05 April 2010

Membaca Wajah

aku membaca wajahku dalam secangkir kopi hangat
terlalu muda untuk bercerita tentang masa muda
sungguh, tak bisa kubaca masa muda saat itu

yang terbaca hanya mimik kuyu
sayu termakan waktu
sederet masa lalu