Minggu, 17 Januari 2010

Terbangun..

Pagi ini saya tertampar angin pagi yang dingin dan lembab karna embun. Membuat saya terbangun. Ada kuda terbang di sebelah saya. Mengelus rambut saya dengan hidungnya. Ada kupu-kupu berjubah pelangi membawa sari bunga dan meletakkannya di rambut saya. Ada burung gagak merah dengan mata hijau, sedang membangun rumah jerami dengan gagak warna warni lainnya.

Saya melihat ke sekitar. Bangun. Berjalan. Menyibak semak berries. Melewati rumput tinggi berbunga putih. Ada bunga edelweiss kering. Saya mengambilnya dan menyimpannya di saku celana saya yang terbuat dari bunga sepatu. Saya berjalan lagi. Melompati rumah semut dan rumah tikus.

Saya mengangkat kepala, menatap langit. Langit berwarna biru muda, awan berwarna pink, matahari berwarna jingga. Saya merentangkan tangan. Hangatnya matahari masih belum terasa. Saya berusaha mencari dalam benak. Apa yang saya cari? Saya kehilangan. Tapi tidak ingat apa yang hilang.

Saya tidak lagi mendongak. Saya menatap ke bawah. Ada bunga putri malu, membengkok karena terinjak. Saya mengangkat kaki saya dan merasa bersalah telah menginjak bunga putri malu. Saya mengelusnya dan ah, tertusuk durinya.

Saya mengecap jari saya yang berdarah. Kembali berjalan. Melewati rambut-rambut pohon beringin. Menemukan tempat tidur dari daun pohon pisang. Dan merebahkan diri disana. Terlelap. Satu detik… Dua detik… Saya tertampar angin dingin lagi. Saya terbangun.

Ada melon tersenyum membawa lollipop merah-biru-kuning-putih. Melambai ke arah saya. Seekor kelinci melompat keluar dengan sepatu heels, menyusul kemudian tupai bertuxedo abu-abu. Saya bangun. Berjalan. Ada kerang meninggalkan rumahnya untuk rayap-rayap. Saya bertanya, apa saya kehilangan sesuatu? Mereka menjawab, tidak.

Saya berjalan ke arah cahaya merah muda. Ada bunyi musik. Saya menari sambil mendekati cahaya merah muda. Semakin dekat, semakin sadar. Semakin dekat, semakin ingat. Saya bernyanyi pelan. Tertawa. Mengingat ternyata kamulah yang hilang. Saya menari dan berlari makin cepat. Bernyanyi makin cepat dan keras. Sampai pada akhirnya saya menangis. Airmata ini terjun ke tanah, meninggalkan warna ungu pekat. Saya terus menangis sampai baju saya basah dan berwarna ungu. Saya mengejar cahaya merah muda. Dan menangis makin kencang.

Itu suara musik yang keluar dari bibirmu, seperti kotak musik. Kamu bernyanyi lagu kepergian. Mengingatkan saya kamu telah hilang. Dulu kamu pernah memberikan saya gelang bunga dandelion. Yang akhirnya saya simpan di saku celana saya. Saya mendekati kamu. Mendekati cahaya merah muda.saya ingin kamu tau bahwa saya masih menyimpan gelang dandelion pemberian kamu. Saya merogoh saku, dan yang saya temukan adalah bunga edelweiss kering. Kamu tersenyum sedih dan melambaikan tangan. Kamu berkata,

“Ini lagu terakhir dari saya untuk kamu…”

Cahaya merah muda memudar…

Kamu pergi dan saya mengejar kamu, tapi tak ada apa-apa. Semua kosong. Hanya saya dan bunga edelweiss kering di genggaman saya. Saya menangis, mengelap airmata di kedua mata saya. Dan bulu mata saya berjatuhan ke tanah. Membuat dentingan keras yang nyata dan sunyi.



*buat Ve..

Sabtu, 16 Januari 2010

Indahnya Allah, anehnya saya..

Yaah, semoga ini bukan dianggap curhat. Karma saya Cuma dapet ilham dari Tuhan saya Yang Maha Esa dan menerjemahkannya lewat bahasa saya yang amburadul

Ternyata saya diperhatikan-Nya. Diperhatikan dan diberi inspirasi untuk tulis dalam bentuk kata. Saya rasa ini baik. Ini gak jahat. Karma pikiran saya yang baik-baik milik-Nya. Yang jahat mirip setan, tapi itu masih saya.

Kata Guru saya, Allah mencintai keindahan karena Beliau Maha Indah. Itu kenapa Al-Quran diturunkan di Arab dengan bahasa puitis tingkat tinggi.

Tapi saya senyum. Semoga Allah suka inspirasi-Nya saya buat begini. Toh ini di Indonesia. Dan ini bukan tentang nabi-nabian. Juga bukan Al-Quran. Serta bukan dari bahasa Arab.
Jadi itu saya pikir oke. Okelah Allah, ternyata selain cinta keindahan, Engkau juga cinta keanehan seperti diri saya ini yang bawa-bawa nama-Mu di dalamnya.

Ya Allah, ini tanda cinta, supaya Engkau terkenal, dikenal dan makin dikenal sebagai Tuhan Yang Terkenal.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh…
Apa kabarmu, aku baik-baik saja.

Jumat, 15 Januari 2010

Curhat Ibu tentang Kakek.

Sore-sore ibu cerita tentang bapaknya,
yang ba'da maghrib nanti dikenangnya sejuta hari:

Yang ibu tahu pekerjaannya,
cuma seorang tukang panggul dikota
keluar masuk pasar
pergi pulang tak karuan
Juga,
duduk disadel becak
mengayuh jatah bulanan nyonya belanda
Kadang,
membetot bass dipanggung hajatan
mengiring simfoni keroncong kampungan

Yang ibu tahu kegigihannya,
ketika 'kartini' tenggelam
pasar baru menyala
hanya kasur yang dibawa
berharap tidur saja malam ini
esok pagi semua bisa dicari

Yang ibu tahu kedigjayaannya,
walau asma mendera
cobalah membuatnya marah
meraung bukan menjadi macan
merangkak jangan disebut hewan

Yang ibu tak kan melupakannya,
dia seorang yang dilupakan
karna meninggalkan sodara-sodara yang lupa daratan
tanah yang dijejaknya bukanlah warisan
dia terkubur diranah rantau

Sambil menebar karpet dan tikar,
ibu bukan mengusap airmata,
tapi mengangkat kepala......bangga.

Tuhan diatas segala Agama


Diciptakannya semesta raya beserta partikel debu kehidupan. Debu-debu yang kemudian terbawa angin , debu-debu yang akan tersiram air hujan.
Debu-debu yang akan menciptakan bintik-bintik baru kelahiran.

Tiada terdengar tawa riang mahkluk berdaun yang berkerumun di hutan sana.
Tak kutangkap jerit suara tangis mereka , saat aku terlibat dalam pemusnahan.
Tiada kasat dimata bahagia pohon-pohon yang tumbuh di halaman.
Tak terlihat pula raut wajah merintih pedih saat mereka ditebang .

Terlambatkah untuk sadar ... mengapa alam menjadi murka pada manusia
Sudah percuma-kah untuk menyadari ... bukan hanya manusia penghuni di jagat ini .

Dikeheningan yang sendiri , aku memohon pada-MU
Selamatkanlah anak-anak dan cucu-cucuku nanti ...

amien.

Aku Terhenyak..


Siapakah yang bisa merasakan.
Siapakah yang mau peduli.

Ketika sebuah karya terasa ingin membunuh bapaknya sendiri..
Diperdengarkan tanpa substansi
Dipertontonkan tanpa esensi

Aku....serasa badut!

Kamis, 14 Januari 2010

Pantun Koruptor.

(Dibacakan WS Rendra ditengah Iwan Fals dan kawan-kawan menyanyikan lagu HIO dalam konser Merdeka yang berlangsung di Leuwinanggung 16 Agustus 2008)

Kalau ada sumur di ladang
Jangan diintip gadis yang mandi
Koruptor akalnya panjang
Jaksa dan hakim diajak kompromi

Berburu ke padang datar
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan pesiar
Uang rakyat dibawa lari

Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil sakit melulu
Maling besar dimuliakan

Ur… Ur… Ur… Ur… Bada Ur…
Selendang sutra jingga
Aturan negara ngalor ngidul
Lantaran wakil rakyat korupsi juga

Hio… Hio… Hio… Hio…

Kura kura dalam perahu
Buaya darat didalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan

Si tukang riba disebut lintah darat
Si hidung belang disebut buaya darat
Pedagang banyak hutang itulah konglomerat
Mereka yang berhutang yang bayar lha kok rakyat?

Binatang bego itu kura kura
Binatang lamban juga kura kura
BBM naik rakyat sengsara
Uang bea cukai ditilep juga

Aduh aduh cantiknya si janda kembang
Sedang menyanyi si Jali Jali
Hujan emas di rantau orang
Hujan babu di negeri sendiri

Hio… Hio… Hio…
Ale… Ale… Ale…
Bakso… Bakso… Bakso…
Onde… Onde… Onde…

Mikul duwur mendem jero
Itu apa artinye?
Artinye…
Kalau ente jadi presiden
Berdosa boleh aje…..

Capek Deh...

Bila sesuatu yang baik dianggap buruk. Bila sesuatu yang sudah dikatakan Allah SWT masih saja dicari-cari kesalahannya yang tidak akan pernah ditemukan. Bila tindakan yang dicontohkan Rasullullah SAW masih saja diperdebatkan. Dan segudang alasan alasan itu hanya untuk nama kebebasan. Kebebasan made in siapa?.

Lalu yang tidak ada kepentingan selalu ikut-ikutan. Berlomba agar di cap sebagai pahlawan pembela ketidakadilan. Berkoar-koar di jalanan selalu ngotot meyakinkan rakyat bahwa ocehannya yang paling benar. Memutar balikkan opini sehingga orang yang pinter terkesan bodoh. Seolah yang benar itu selalu salah. Untuk apa ?. Untuk sekian lembar Rupiah atau Dollar? Atau hanya untuk menyenangkan majikan yang diagung-agungkan?

Mengapa tidak mau belajar? Mengapa lebih suka menelan mentah-mentah propaganda yang disebarkan? Mengapa tidak membaca hati nurani sendiri? Mengapa tidak malu pada diri sendiri?. Mengapa ini dipandang sebagai sebuah perlombaan dimana lawan harus kalah dan mati? Lalu pemenangnya adalah yang bisa menancapkan demokrasi sinting didada sang mayat?

Kemudian yang benar disalahkan. Diciptakan image yang mengakar bahwa paham mereka demikian brutalnya. Dan anak cucu mereka menerima keadaan ini dengan pongah tanpa pernah mengerti yang sebenarnya terjadi. Melupakan kenyataan yang ada. Terbius oleh surga dunia yang hanya seupil semut. Lantas mereka menyuruh kita diam dan jangan hiraukan. Mereka katakan kalau tidak suka ya jangan diterima.

Dibalik keadaan yang selalu dan selalu diputar-putar sehingga membuat yang Halal dan Haram menjadi tidak ada bedanya.... ternyata kepala mereka masih saja menoleh ketika sebuah uang logam jatuh di trotoar. Capek deh.... tapi... jangan lupa... kita disini tidak akan pernah diam, Insya Allah.

Senin, 11 Januari 2010

Dalam Rumah Dalam Penjara Tiada Beda

Ini memang rahasia umum, semua tahu. Sering terekspose lalu tenggelam dan sekarang terekspose lagi dan rasanya semakin dibesar-besarkan karena suasana politik yang memanas. Penonton senang, media juga senang.

Bandit kaya meski dipenjara tapi hidupnya bebas. Maling kelas coro, kalau dipenjara benar-benar tersiksa. Tuh lihat, koruptor kelas kakap... memang dia ketangkep basah dan dipenjara. Tapi kondisi selnya seperti hotel bintang lima. Ada lagi anak jendral yang terbukti merencanakan pembunuhan, tapi dia bebas pergi kemana-mana dan dapat potongan masa tahanan bertahun-tahun dari hukuman yang dijatuhkan.

Jadi ingat lagunya Iwan Fals di tahun 80-an yang berjudul 3 Bulan... Tahun segitu Iwan Fals sudah berani menyindir kondisi peradilan disini. Salah satu kalimat dalam lirik lagu itu 'dalam rumah dalam penjara tiada beda' seperti membuktikan pada masa itu kondisi penjara untuk orang kaya/orang kuat memang sudah di istimewakan.

Dan sekarang? semakin terbukti kan?... Ternyata uang tetap segalanya..
Jangan-jangan para koruptor atau bandit kaya itu kalau masuk neraka masih berpikiran bisa menyuap malaikat penjaga Neraka ya? Mungkin mereka berpikiran mental penjaga Neraka seperti mental penegak keadilan di negeri ini yang haus dan rakus dengan fulus.

Syafiq Baktir
iwanfalsmania.blogspot.com
---------------
Tiga Bulan
Iwan Fals

Tiga bulan lamanya kau dalam penjara
Teman
Seratus butir telur ayam di pasar
Hilang engkau ganyang

Palu keras bapak hakim berbunyi tegas
Terbayang
Bibir sumbing gigi rompal dapat kupastikan
Malah engkau tawan

Tiga bulan lamanya kah tuan ditahan
Nikmat benar
Seratus juta uang negara terbang melayang
Masuk kantong tuan

Palu kayu bapak hakim berbunyi pelan
Terdengar sumbang
Dalam rumah dalam penjara tiada beda
Coba bayangkan teman

Dalam rumah dalam penjara tiada beda
Coba bayangkan teman

---------------